Drakor

Oasis in Seoul: Realita Kehidupan 30-an yang Menggema di Hati Penonton

11

Jabarinaja.com – Kadang, tontonan terbaik bukan yang membuat kita melarikan diri dari kenyataan, tapi yang membuat kita merasa dimengerti. Oasis in Seoul hadir sebagai drama yang membumi, reflektif, dan menggugah — menceritakan perjuangan empat sahabat di usia 30-an yang bertahan hidup di kerasnya ibu kota, dengan segala beban cinta, karier, dan pilihan hidup. Dengan rating 8.6/10, drama ini dinilai sebagai salah satu drama slice-of-life terbaik tahun ini, dan menjadi perbincangan hangat di kalangan penonton dewasa muda.

Oasis in Seoul mengikuti kisah Yoon Ji-won (34), seorang mantan jurnalis yang kini bekerja sebagai barista sambil menyembuhkan luka kehilangan suaminya. Ia tinggal satu atap dengan tiga sahabatnya sejak kuliah: Ha Jun-seok, copywriter idealis yang terus ditolak naik jabatan; Lee Min-ah, fashion stylist yang sukses secara finansial namun takut membuka hati; dan Kang Do-yeon, guru privat yang diam-diam menanggung beban keluarga dan utang.

Advertisement
Scroll kebawah untuk lihat konten

Di tengah kerasnya hidup di Seoul, keempatnya saling menjadi sandaran satu sama lain — kadang saling menjauh, kadang saling menyelamatkan. Drama ini menyoroti momen-momen kecil yang membentuk manusia: percakapan tengah malam di atap, pertengkaran karena harapan yang tak terpenuhi, dan pelukan diam saat semua terasa berat.

Kenapa Banyak Orang Merasa Dekat dengan Drama Ini?

1. Representasi Realita Usia 30-an yang Jarang Diangkat

Berbeda dari kebanyakan K-Drama yang fokus pada cinta usia 20-an atau keluarga di usia 40-an, Oasis in Seoul memotret fase hidup “di tengah” — saat impian mulai pudar tapi belum ada yang benar-benar mapan. Drama ini membahas quarter life crisis dari sudut pandang dewasa, dengan cara yang menyentuh dan tidak menggurui.

2. Persahabatan yang Otentik dan Kompleks

Keempat tokoh utama tidak hanya berbagi tawa dan air mata — mereka juga mengalami konflik, iri hati, dan kejenuhan yang realistis. Tapi itulah bentuk persahabatan sejati. Tidak selalu harmonis, tapi selalu saling kembali ketika dunia terlalu sunyi.

3. Naskah yang Dalam dan Puitis

Beberapa dialog dalam drama ini menjadi kutipan viral karena menyentuh hati:

“Kita tinggal di kota yang tak pernah tidur, tapi mengapa kita terus merasa kesepian?”

“Kadang, rumah bukan tempat — tapi orang yang duduk di sebelahmu saat kamu merasa kalah.”

4. Kota Seoul sebagai Karakter Tersendiri

Dengan sinematografi yang indah dan penuh nuansa, Seoul ditampilkan bukan hanya sebagai latar, tapi sebagai bagian dari cerita. Mulai dari keramaian Hongdae hingga kesunyian stasiun terakhir kereta malam, setiap lokasi menambah lapisan emosional yang kuat.

Prestasi dan Fakta Menarik

  • Drama ini diproduksi oleh tim yang sama dengan Because This is My First Life dan My Liberation Notes.

  • Soundtrack utamanya, “Still Here” oleh IU, menjadi salah satu lagu paling banyak diputar di Spotify Korea.

  • Banyak komunitas online menyebut drama ini sebagai “comfort drama” karena efeknya yang menyembuhkan dan menenangkan.

  • Adegan kunci di episode 10 — saat Ji-won akhirnya menangis di pelukan Jun-seok di tengah hujan — disebut sebagai salah satu momen paling emosional di K-Drama 2025.

Jika kamu sedang merasa jenuh, kehilangan arah, atau bertanya-tanya apakah kamu terlalu tertinggal dalam hidup — Oasis in Seoul adalah pelukan hangat untukmu. Drama ini tidak menjanjikan solusi, tapi menawarkan pengertian. Dan sering kali, itu yang paling dibutuhkan.

Oasis in Seoul bukan sekadar tontonan, tapi pengalaman emosional yang menyentuh relung terdalam. Drama ini membuat kita sadar bahwa kita tidak sendiri, dan dalam kerasnya hidup di kota besar, akan selalu ada “oasis” kecil — berupa tawa, pelukan, atau sahabat — yang membuat kita bertahan.

Exit mobile version