Jabarin JatimTeknologi

Ketahanan Pangan Jatim Diperkuat Lewat Sistem Pertanian Terintegrasi di Bojonegoro

17
Petani muda Bojonegoro memantau dashboard pertanian digital melalui tablet di tengah hamparan sawah sistem smart farming, Kalitidu, Jumat (14/6/2025).

Bojonegoro — Jabarinaja.com — Pemerintah Provinsi Jawa Timur terus memperkuat ketahanan pangan di tengah ancaman krisis global. Salah satu upaya dilakukan melalui program Integrated Smart Farming di Kabupaten Bojonegoro, yang menggabungkan teknologi digital dan pemberdayaan petani lokal.

Di tengah tantangan perubahan iklim dan fluktuasi harga pangan global, Jawa Timur tampil sebagai salah satu provinsi paling siap dalam menjaga ketahanan pangan nasional. Salah satu inisiatif unggulan terbaru datang dari Kabupaten Bojonegoro, melalui penerapan sistem pertanian cerdas terintegrasi (Integrated Smart Farming).

Advertisement
Scroll kebawah untuk lihat konten

Program ini diluncurkan resmi pada Jumat (14/6/2025) di Kecamatan Kalitidu. Sistem ini mengintegrasikan penggunaan sensor kelembaban tanah, irigasi tetes otomatis, dan dashboard pemantauan hasil panen berbasis aplikasi. Semua inovasi ini diterapkan langsung di lahan sawah milik kelompok tani Tirta Mandiri.

“Dengan teknologi ini, kami bisa tahu kapan tanaman butuh air, berapa kadar unsur hara, bahkan prediksi panen bisa dipantau dari HP,” ujar Suparman, Ketua Kelompok Tani Tirta Mandiri.

Bupati Bojonegoro, Anna Mu’awanah, menjelaskan bahwa proyek ini merupakan bagian dari roadmap besar ketahanan pangan daerah yang didukung oleh Pemprov Jatim dan Kementerian Pertanian. Kabupaten Bojonegoro ditargetkan menjadi lumbung pangan pintar (smart food barn) berbasis data dan efisiensi teknologi.

Sistem ini tidak hanya memaksimalkan hasil produksi, tapi juga menekan biaya produksi hingga 30%. Penggunaan pupuk dan air menjadi lebih presisi, sementara serangan hama bisa diantisipasi lebih dini berkat pemantauan digital.

Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa, menyatakan bahwa teknologi semacam ini akan menjadi standar baru di sektor pertanian Jawa Timur. “Ketahanan pangan tidak bisa hanya mengandalkan cara lama. Kita butuh sinergi antara petani, teknologi, dan kebijakan yang berpihak,” katanya.

Program ini akan diperluas ke tujuh kabupaten lainnya pada akhir 2025, termasuk Lamongan, Jember, dan Madiun.

Exit mobile version