Jabarinaja.com — Setelah 10 tahun lebih menemani jutaan penonton dari seluruh dunia, anime fenomenal Attack on Titan (Shingeki no Kyojin) akhirnya mencapai ujung jalannya. Final Season: The Final Chapters Part 2, yang tayang di awal 2025, menjadi bab penutup yang tragis, emosional, dan monumental.
Disutradarai dengan kehati-hatian oleh tim Studio MAPPA, bagian akhir ini mengangkat konflik kemanusiaan dalam skala raksasa. Eren Yeager, protagonis yang kini berubah menjadi ancaman terbesar dunia, memimpin The Rumbling—ratusan ribu Titan Kolosal yang menginjak-injak dunia demi “kebebasan” Paradis.
Teman-teman lama seperti Mikasa, Armin, Levi, Reiner, Jean, dan lainnya dipaksa memilih: menyelamatkan dunia atau menghentikan sahabat mereka sendiri. Inilah titik balik emosional paling menyakitkan dari serial ini.
Tak sekadar pertarungan besar, final part ini mengajak penonton merenung soal kebebasan, takdir, dan siklus kebencian. Penutupnya tak menyuguhkan kebahagiaan klise, tetapi kenyataan pahit dan refleksi mendalam yang sesuai dengan nuansa kelam cerita selama ini.
“Attack on Titan telah mengubah wajah anime. Ini bukan hanya kisah Titan, tapi kisah manusia yang ingin bebas,” tulis @AOTLegacy di X (Twitter).
Visual yang disajikan sangat megah, dengan sinematografi yang mengguncang, slow motion emosional, dan efek skala besar dalam adegan Rumbling. Musik garapan Hiroyuki Sawano dan Kohta Yamamoto kembali memainkan peran besar dalam menciptakan adegan-adegan ikonik yang membekas.
Final episode memberikan penutupan yang kompleks: tidak semua karakter mendapatkan akhir yang mereka impikan, namun semuanya menemukan makna. Dan penonton, meskipun patah hati, tahu bahwa ini adalah penutup yang pantas untuk sebuah mahakarya.