Jember — Jabarinaja.com — Inovasi teknologi dari Jawa Timur kembali mencuri perhatian. Mahasiswa dan dosen Politeknik Negeri Jember menciptakan mobil pengering padi berbasis energi surya yang mampu memangkas waktu penjemuran petani hingga 60%. Teknologi ini mulai diuji coba di beberapa desa di Kabupaten Jember.
Inovasi anak bangsa kembali lahir dari kampus timur Jawa. Kali ini, Politeknik Negeri Jember menciptakan mobil pengering padi berbasis tenaga surya yang didesain untuk mendukung petani di daerah pedesaan, khususnya saat musim hujan.
Mobil ini tidak hanya berfungsi sebagai alat pengering padi, tetapi juga bisa dimodifikasi untuk komoditas pertanian lain seperti jagung, kedelai, bahkan ikan asin. Rangka kendaraan menggunakan sistem otomotif berbasis kendaraan ringan roda empat, namun sumber energinya diambil sepenuhnya dari panel surya yang terpasang di atap kendaraan.
Menurut ketua tim pengembang, Dr. Arif Setiawan, kendaraan ini bisa digunakan langsung di sawah tanpa perlu memindahkan gabah ke rumah pengering.
“Kami ingin menjawab masalah klasik petani: hujan tiba-tiba saat jemur padi. Dengan mobil ini, petani cukup menyalakan sistem, dan padi bisa kering dalam waktu 2 jam,” ujarnya, Jumat (14/6) saat peluncuran uji lapangan di Desa Suko, Jember.
Keunggulan lain dari teknologi ini adalah mobilitasnya. Berbeda dari mesin pengering stasioner, kendaraan ini bisa menjangkau berbagai lokasi dengan mudah, bahkan di daerah pegunungan. Sistem otomatisasi pengeringan dikendalikan melalui aplikasi Android yang terhubung dengan sistem sensor suhu dan kelembaban di dalam ruang pengering.
Teknologi ini juga membuka peluang kerja sama antara sektor pertanian dan otomotif. Beberapa komponen kendaraan dipasok oleh UMKM otomotif lokal di Lumajang dan Bondowoso, termasuk sistem suspensi dan bodi kendaraan yang didesain ringan namun tahan terhadap medan berlumpur.
Saat ini, proyek mobil pengering padi sudah menarik perhatian Kementerian Pertanian dan Pemerintah Provinsi Jawa Timur. Rencananya, mobil ini akan diproduksi massal mulai awal 2026 melalui skema kemitraan kampus–industri.
